PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan atau leadership
merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan
rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia
(Moejiono, 2002). Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut
sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya
beberapa kesamaan.
Tipe-Tipe
Kepemimpinan
Pada umumnya para pemimpin dalam
setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima type utama yaitu sebagai
berikut :
1. Tipe pemimpin otokratis
2. Tipe pemimpin
militeristik
3. Tipe
pemimpin paternalistis
4. Tipe
pemimpin karismatis
5. Tipe
pomimpin demokratis
1. Tipe Pemimpin Otokratis
Tipe pemimpin ini menganggap bahwa
pemimpin adalah merupakan suatu hak.
Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :
-Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi
-Mengidentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
-Menganggap
bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata
-Tidak mau
menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap
dialah yang paling benar.Selalu bergantung pada kekuasaan formal
-Dalam
menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach) yang mengandung
unsur paksaan dan ancaman.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe
mimpinan otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak
menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam
organisasi modern.
2. Tipe Kepemimpinan Militeristis
Perlu diparhatikan terlebih dahulu
bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan
pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam
militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe
militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
-Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai
tujuan digunakan sebagai alat utama.
-Dalam
menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.Sonang
kepada formalitas yang berlebihan
-Menuntut
disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
-Tidak mau
menerima kritik dari bawahanMenggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari
sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe
pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
3. Tipe Pemimpin Paternalistis
Tipe kepemimpinan
fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau
kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan dalam
menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan
sifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe
pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:
-Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
-Bersikap
terlalu melindungi bawahanJarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.
-Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya
kreasi.
-Sering
menganggap dirinya maha tau.
Harus diakui bahwa dalam
keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan. Akan tetapi ditinjau
dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang menunjukkan
elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
4. Tipe Kepemimpinan Karismatis
Sampai saat ini para ahli
manajemen belum berhasil menamukan sebab-sebab mengapa seorang pemimin memiliki
karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik
yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan
para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini,
pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang
karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan,
umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai
kriteria tipe pemimpin karismatis.
5. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Dari semua tipe kepemimpinan yang
ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang
terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan
kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe
kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:
-Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
-Selalu
berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan
organisasi.
-Senang
menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
-Mentolerir
bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar
jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif
dan prakarsa dari bawahan.
-Lebih
menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
-Selalu
berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
-Berusaha mengembangkan
kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah
suatu pola perilaku yang konsisten yang kita tunjukan dan sebagai yang
diketahui pihak lain ketika berusaha mempengaruhi kegiatan orang lain.
Tiga tipe dasar pemimpin sebagai
bentuk-bentuk proses pemecahan masalah dan mengambil keputusan, adalah sebagai
berikut: (Soewarno Handoyo Ningrat, Pengantar Ilmu Studi Dan Manajemen.CV
Haji Masagung, Jakarta, 1980 hal. 76)
a. Pemimpin Otokratis
Pemimpin yang bersifat otokratis
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: memberikan perintah-perintah yang
selalu diikuti, menentukan kebijaksanaan karyawan tanpa sepengetahuan mereka.
Tidak memberikan penjelasan secara terperinci tentang rencana yang akan dating,
tetapi sekedar mengatakan kepada anggotanya tentang langkah-langkah yang mereka
lakukan dengan segera dijalankan. Memberikan pujian kepada meraka yang selalu
menurut kehendaknya dan melontarkan kritik kepada mereka yang tidak mengikuti
kehendaknya. Selalu jauh dengan anggota sepanjang masa.
b. Pemimpin Demokratis
Pemimpin demokratis hanya
memberikan perintah setelah mengadakan musyawarah dahulu dengan anggotanya dan
mengetahui bahwa kebijaksanaannya hanya dapat dilakukan setalah dibicarakan dan
diterima oleh anggotanya. Pemimpin tidak akan meminta anggotanya mengerjakan
sesuatu tanpa terlebih dahulu memberitahukan rencana yang akan mereka lakukan.
Baik atau buruk, benar atau salah adalah persoalan anggotanya dimana
masing-masing ikut serta bertanggung jawab sebagai anggotanya.
c. Pemimpin Liberal
atau Laissez-Faire
Pemimpin liberal yaitu kebebasan
tanpa pengendalian. Pemimpin tidak memimpin atau mengendalikan bawahan
sepenuhnya dan tidak pernah ikut serta dengan bawahannya.
Dari ketiga gaya kepemimpinan
diatas dapat diambil kesimpulan yang baik adalah gaya kepemimpinan yang
demokratis dengan karakteristik sebagai berikut: (Sondang P Siagian, Teori
dan Praktek Kepemimpinan, Pt Rineka Cipta. Jakarta 1988. hal 18)
Kemampuan
mempertahankan organisasi sebagai suatu totalitas dengan menempatkan semua
satuan organisasi pada proporsi yang tepat dengan tergantung pada sasaran yang
ingin dicapai oleh organisasi yang bersangkutan pada kurun waktu tertentu.
Mempunyai
persepsi yang holistik mengenai organisasi yang dipimpinnya.
Menempatkan organisasi sebagai
keseluruhan diatas kepentingan diri sendiri atau kepentingan kelompok tertentu
dalam organisasi. Mengakui dan menjunjung tinggi harkat dan martabat para
bawahannya sebagai makhluik sosial dan sebagai individu yang mempunyai jati
diri yang khas.
Sejauh mungkin memberikan kesempatan
kepada para bawahannya berperan serta dalam prosas pengambilan keputusan
terutama yang menyangkut tugas para bawahan yang bersangkutan.
Terbuka
terhadap ide, pandangan dan sasaran orang lain termasuk bawahannya.
Memiliki
perilaku keteladanan yang menjadi panutan kepada para bawahannya.
Bersifat
rasional dan objektif dalam menghadapi bawahan terutama dalam menilai perilaku
dan prestasi kerja karyawan. Selalu berusaha menumbuhkan dan memelihara iklim
kerja yang kondusif dan kreatif bawahan.
Pendekatan
Gaya Kepemimpinan:
Penelitian-penelitian yang bersumber pada
pandangan gaya kepemimpinan umumnya memusatkan perhatian mereka pada
perbandingan antara gaya dekokratik dan gaya otokratik. Gatto (1992)
mengkategorikan gaya kepemimpinan ke dalam 4 macam: Direktif, konsultatif,
partisipatif, dan gaya delegasi.
Karakteristik dari setiap gaya
tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a. Gayan direktif: Pemimpin yang
direktif pada umumnya membuat keputusa-keputusan penting dan banyak terlibat
dalam pelaksanaannya. Semua kegiatan terpusat pada pemimimpin. Dan sedikit
sekali kebebasan bagi bawahan untuk berkreasi. Pada dasarnya gaya direktif
adalah gaya otoriter.
b. Gaya konsultatif: gaya ini
dibangun di atas gaya direktif. Kurang otoriter dan banyak melakukan interaksi
dengan para staf dan anggota organisasi/ bawahan. Fungsi pemimpin lebih bayak
berkonsultasi, memberikan bimbingan, motivasi, memberi nasehat dalam rangka
mencapai tujuan.
c. Gaya partisipatif: gaya ini
bertolak dari gaya konsultatif yg bisa berkembang kea rah saling percaya antara
bawahan dengan pemimpin. Pemimpin cenderung memberi kepercayaan pada kemampuan
staf untuk menyelesaikan pekerjaan mereka sebagai tanggungjawab mereka.
d. Gaya delegasi: disebut juga gaya
Free-rein. Yaitu gaya yang mendorong kemampuan staf untuk ambil
inisiatif.Kurang interaksi dan control yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga
gaya ini hanya bisa berjalan apabila staf memperlihatkan tingkst kompetensi dan
tanggungjawab yang tinggi.
Teori
Teori Kepemimpinan
Dengan mempelajari ilmu tentang kepemimpinan maka lahir teori-teori tentang
kepemimpinan yaitu:
a. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar
pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh
sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki oleh pemimpin itu.
Sifat-sifat itu berupa sifat fisik dan psikoplagis. Atas dasar pemikiran
tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi pemimpin yang berhasil adalah
ditentukan oleh kemampuan pribadi, yang dimaksudkan adalah kualitas seseorang
dengan berbagai sifat perangai atau ciri-ciri didalamnya. Oleh karena itu para
ahli berusaha untuk merinci lebih jauh kualitas seorang pemimpin yang
berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan kemudian hasil-hasil
tersebut dirumuskan kedalam sifat- sifat umum seorang pemimpin. Usaha tersebut
akhirnya melahirkan dan berkembang menjadi teori kepemimpinan atau traits theory
of leadership (Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, PT Raja Grafindo
Persada, 1983, hal 278)
Dalam perkembangan teori ini ada
empat sifat umum yang mempengaruhi terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi :
-Kecerdasan
Kepemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang dipimpin
-Kedewasaan
dan Keleluasaan Hubungan SosialKepemimpin cenderung menjadi matang dan
mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap
aktifitas-aktifitas sosial
-Motivasi
Diri dan Dorongan Prestasi
Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk
berprestasi. Mereka berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsic
dibandingkan dari yang ekstinsik.
-Sikap-sikap
Hubungan Manusia
Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para
pengikutnya dan mampu berpihak padanya.
b. Kepemimpinan Menurut
Teori Kelompok
Teori kelompok ini beranggapan bahwa,
supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu
pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya.
Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara
pemimpin dan pengikut-pengikutnya, melibatkan pula konsep-konsep sosiologi
tentang keinginan-keinginan pengembangan perhatian. Pemimpin yang
memperhitungkan dan membantu pengikut-pengikutnya mempunyai pengaruh yang
positif terhadap sikap, kepuasan dan pelaksanaan kerja. Dengan perkataan lain
bahwa para bawahan dapat mempengaruhi pemimpin dengan perilakunya. Perilaku
pemimpin akan bisa menjadi faktor motivasi terhadap para karyawan jika:
-Perilaku
tersebut dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan bawahan sehingga memungkinkan
tercpainya efektifitas dalm pelaksanaan kerja.
-Perilaku
tersebut merupakan komplimen dari lingkungan para bawahan yang berupa
memberikan latihan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan untuk
mengefektifkan pelaksanaan kerja. Dan jika dengan cara demikian, maka para
bawahan dan lingkungan akan merasa kekurangan.
c. Teori Situasional
dan Model Kontingensi
Teori ini berisi hubungan antara gaya
kepemimpinan dengan situasi menyenangkan itu diterapkan oleh Fiedler dalam
hubungan dengan dimensi berikut ini:
-Hubungan
pemimpin dengan anggota
-Derajat dari
struktur tugas
-Posisi
kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otorita formal
Suatu situasi akan dapat menyenangkan
pemimpin jika ketiga dimensi diatas mempunyai derajat yang tinggi. Dengan kata
lain, suatu situasi akan menyenangkan jika:
Pemimpin
diterima oleh para pengikutnya. Tugas-tugas dan semua yang berhubungan dengan
pemimpin ditentukan secara jelas. Penggunaan otoritas dan kekuasaan secara
formal diterapakan pada posisis pemimpin
Sumber:
http://fachrialwinttgrf.blogspot.com/2012/11/pengertian-kepemimpinan.html
http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-kepemimpinan-secara-umum.html
http://aloel129.blogspot.com/2012/05/tipe-tipe-kepemimpinan-teori.html